Maharaja Puyuh Peong |
Di negeri Pasir Gledeg ada seorang raja arif bijaksana, hidup bersama permaisuri dan putra-putrinya. Rakyat sangat mencintainya. Karena sang Raja mau mendengar pendapat dan pengaduan rakyatnya. Anak-anak pun boleh bermain di halaman istana.
Di negeri itu ada seorang anak yang senang bermain di sekitar istana. Ia selalu membawa binatang kesayangannya, seekor burung Puyuh, ke mana pun ia pergi Puyuh itu selalu ikut dibawa bertengger di pundak anak itu
Suatu sore ia bermain ke istana. Puyuh dilepas begitu saja karena sudah jinak sehingga bebas berkeliaran ke sana kemari. Puyuh itu mendatangi jemuran padi, dan memakan padi yang berhamburan di atas tikar jemuran. Berkali-kali pembantu raja mengusirnya akan tetapi, Puyuh itu tetap membandal.
Seorang pembantu raja memanggil Si Peong, kucing kesayangan raja untuk mengusir Puyuh. Dengan secepat kilat si Peong menerkam Puyuh, Puyuh itu menggelepar lalu mati. Alangkah sedih hati anak itu melihat Puyuh kesayangannya mati. Ia datang menghadap raja memohon keadilan. “Ambillah si Peong itu sebagai ganti Puyuhmu yang mati!” kata raja kepadanya.
Anak itu bersimpuh di hadapan raja dan menyampaikan rasa terima kasih atas kemurahan hati raja. Si Peong dibawa pulang dan menjadi kesayangan anak itu.
Suatu hari ia bermain ke istana bersama si Peong. Di istana si Peong tidak ikut bermain karena perutnya kekenyangan. Si Peong memilih tidur-tiduran di bawah pohon Durian yang rindang dan lebat buahnya. Di situ Peong merasa senang karena udaranya sejuk semilir. Tetapi tiba-tiba datang angin kencang, buah durian pun pada berjatuhan. Salah satu buah durian yang amat besar jatuh menimpa si Peong, Si Peong tak dapat mengelak dan mati seketika.
Anak itu melaporkan ke istana.Raja tersenyum mendengar permintaan itu. “Ambillah durian yang besar itu untuk ganti si Peong kalau engkau suka,” kata raja.
“Tetapi, hari sudah mulai gelap!” kata anak itu. “Hamba harus cepat tiba di rumah. Kalau terlambat, ibu hamba akan marah. Hamba titipkan durian ini di istana.”
“Boleh saja,” ujar raja, “letakkan durian itu di samping pintu dapur!”
“Tetapi, hari sudah mulai gelap!” kata anak itu. “Hamba harus cepat tiba di rumah. Kalau terlambat, ibu hamba akan marah. Hamba titipkan durian ini di istana.”
“Boleh saja,” ujar raja, “letakkan durian itu di samping pintu dapur!”
Bau durian yang sedap itu tercium ke seluruh istana. Salah seorang putri raja juga mencium bau durian itu. Seleranya pun timbul. Putri raja tersebut akhirnya menemukan durian itu di samping pintu dapur. Ia segera mengambil pisau dan membelah serta memakan durian itu sepuas-puasnya sampai habis.
Kita tentu dapat menerka kejadian selanjutnya. Anak itu mengadu dan melapor kepada raja. Pada mulanya Raja yang bijaksana itu bingung, tetapi dengan lapang dada beliau bertitah, Ketika Puyuh mati kuserahkan si Peong sebagai ganti. Demikian pula ketika si Peong mati tertimpa durian, durian itu menjadi milikmu. Sekarang, karena putriku menghabiskan durian-mu, tidak ada jalan lain selain menyerahkan putriku kepadamu.”
Putri raja sebaya dengan anak itu. Akan tetapi, mereka belum dewasa sehingga tidak mungkin segera dinikahkan. Ketika dewasa, keduanya dinikahkan. Raja merayakan pesta secara meriah. Setelah raja meninggal, anak itu naik tahta menjadi RAJA dengan gelar ”SRI MAHARAJA PUYUH PEONG”.
Ahmad Satrio Nugroho
SMPN Megang Sakti 2011