Laman

Selasa, 24 Mei 2011

TUJUH KESUKARAN HIDUP

* Tentang Rasa Bimbang

Berlindunglah kamu dari kebimbangan. Sikap jiwa tidak menentu bagaikan asap yang dipermainkan oleh angin. Hanya berdesah halus tetapi membuatmu berlenggak-lenggok menari-nari, semakin tipis wujudmu kemudian hilang tanpa dihitung orang.
Kebimbanganmu telah memenjarakan jiwamu yang bebas. Kemerdekaanmu telah kau injak, kau koyak, dan kau cabik sehingga memaksamu terpuruk bagaikan budak yang menari menurut musik orang lain. Bagaikan tetesan air di daun keladi. Berbilang waktu ia bergoyang tanpa memberi arti.
Kebimbangan menutupi mata batin karena kegelapan yang pengap tanpa sedikitpun menghirup cahaya, dan gemuruh kekuatan darimu lindap karena kebodohanmu memandang dunia dengan jiwamu yang lemah.
"Jika kebimbangan membelenggumu, tepis dan campakkan! Karena engkau buklanlah budak waktu yang tiada menentu. Ikat erat-erat tali keyakinanmu, gelorakan keberanianmu karena engkau adalah dirimu sendiri, mutiara berbinar yang terselubung sampah keraguan"

* Tentang Dukacita

Berlindunglah kamu dari segala bentuk dukacita berkepanjangan. Meratapi dan menghabiskan waktu dalam ketermanguan tak berujung. Kesedihan adalah kain selimut yang menutupi keceriaanmu hingga membuatmu terlelapdalam khayal dan menjebakmu dalam dialog batin yang menambah batinmu semakin nyeri. Apabila duka cita memenjarakan dirimu, usirlah dia sambil memasuki pintu air mata yang ratapannya meneteskan duka melebihi kesedihanmu. Hibur dan besarkan hatinya, sehingga kesedihanmu hilang karena dukacita mereka yang kau pupuskan.
Apabila selendangmu telah kau basahkan dengan air dukacita yang mengucur dari kelopak mata orang ditimpa lara, masukilah gelora debu dunia yang menantangmu dengan gelak tawa. Kesedihan bukanlah dosa, tetapi hikmah yang akan membuatmu menjulang. Tetapi akan menjadi dosa, ketika engkau menebarkan benih-benihnya, memelihara, dan menbangga-banggakannya. Bila engkau menanam sedih, hanya dukacita dan kesengsaraan yang akan engkau tuai. Bila engkau tebarkan benih keceriaan penuh harap, niscaya kebahagiaan sedang menantikan jari-jemarimu untuk memetiknya.

* Tentang Perasaan Terhina

Dirimu merasa terhina, karena dagumu berat untuk tengadah, jiwamu kerdil, nyalimu kecil. Penilaian atas dirimu sendiri itulah yang dihitung orang. Engkau terhina karena Engkau sendiri yang menghinakan dirimu.
Engkau adalah butiran pasir yang berserakan, dan berhamburan menjadi debu walau angin mengusapmu lembut. Apabila engkau batu cadas yang kokoh, sang angin lelah dan berbelok arah. sebab itu, berllindunglah kepada Illahi karena jiwa terhina dan menghinakan adalah ulat-ulat beracun yang merontokkan dedaunan.

* Tentang Kemalasan

Tiada kemalasan kecuali bila engkau memanjakan dan membanggakan kebodohanmu sendiri. Berllindunglah kepada Ilahi dari prangkap kemalasan yan menjadi kelambu orang resah gelisah yang menebarkan berbagai ranjau maut di antara rerumputan. Kemalasan adalah pisayu yang kau tebarkan dan tumbuh mejadi pedang kelewang yang akan menebas tiang kemuliaan. Ketika engkau terlena dengan impian, merajut khayalan didekap rasa puas jiwa pecundang, ketahulah berapa banyak orang meneteskan keringat dan air matanya untuk meraih puncak-puncak hidup yang cemerlang. Ketika engkau menyembunyikan dirimu di balik bantal dan selimuat kemalasan, berapa banyak orang yang melemparkan segala rayuan kebodohan untuk menerima piala penghargaan.
Lantas, buah seperti apa yang anda harapkan dari benih kemalasan yang ada taburkan? Kecuali penyesalan, air mata, dan kesempatan gemilang yang terbuang!

* Tentang Sikap Bakhil

Kebakhilan adalah pintu yang terkunci sehingga jiwamu semakin kuyu layu karena tak mampu menerima cahaya mentar. Kebakhilan adalah sikap kikir pelit yang membelit-belit urat kedermawanan dan menempatkan dirimu menjadi bintang yang tersembunyi di balik awan gemawan. Tidak menjadi panduan para khalifah. Tidak memesonakan jiwa para pujangga. Keberadaanmu di langit sia-sia dalam kesendirian.
Berlindunglah kepada Ilahi yang dermawan dari bujukan sang bakhil yang menyesatkan! kebakhilan adalah bentuk rendah diri dan keraguan menatap kebersamaan. Engkau akan terpelanting dari kumpulan saudaramu dan tidak memperoleh apapun, kecuali kesepian!

* Tentang Jiwa Pengecut

Lihatlah tapak tapak perjalanan orang yang telah berlalu dari pandanganmu. tentang kisah hilangnya peradaban bangsa dan keindahan ukiran serta pemtungnya. Bangunan istana menjulang tinggal reruntuhan, dan kebesearan mereka lindap tinggal kenangan, karena jiwa yang pengecut. Jiawa pengecut adalah jiwa para budak setia yang kakinya dibelenggu dengan rantai yang terbuat dari benang halus yang rapuh. Tetapi, jiwa pengecut membuatnya lemah, benang pengikat yang membelenggu dianggapnya rantai baja yang kokoh.
Berlindunglah kepada Ilahi yang membebaskan manusia dari penjara jiwa pengecut. Bila kau ragu dan takut, maka lihatlah kelepak burung mengejar mentari yang meninggalkan anaknya di sangkar dan menjelang kelam hari ia kembali menghibur anak-anaknya dengan serpihan biji-bijian.
Ketahuilah! Orang-orang pengecut menggelepar di peraduannya karena takut mentari akan segera menampakkan dirinya di remang fajar. Mereka lebih senang menjadi pembual yang menceritakan impiannya kepada bocah-bocah ingusan. Sedang di luar peraduannya, anak-anak dewasa pemberani telah tumbuh perkasa yang siap untuk menyeret para pengecut dari balik kelambunya.

* Tentang Hutang

Kesengsaraan yang paling nista adalah terbelitnya seseorang karena hutang. Harga dirinya digerogoti, dan ketika ia tak mampu membayarnya dia terusir dari singgasananya dengan hanya membawa rasa pedih.
Kesukaran hidup karena karena belitan hutang bagaikan penempuh yang menyibak semak belukar penuh duri, melintasi hutan dengan lelah dan meninggalkan bekas luka yang perih.
Berlindunglah kepada Ilahi dari hutang betapapun sedikitnya engkau awali. Karena dia akan melilitmu bagaikan ular sanca yang menekan perlahan tetapi mematikan. Belitan hutang memeras seluruh waktumu yang berharga dan engkau tak mampu menikmati harumnya bunga-bunga